Asal-usul Suku Tengger, Penghuni Setia Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Minggu, 6 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pagelaran Tari Rara Anteng dan Jaka Seger (Tengger) di lautan Pasir Gunung Bromo

Pagelaran Tari Rara Anteng dan Jaka Seger (Tengger) di lautan Pasir Gunung Bromo

Wisatawan asing yang ke Indonesia, dimungkinkan sudah pernah berkunjung ke Gunung Bromo. Bahkan, wisatawan yang belum pernah ke Indonesia, juga tahu dengan Bromo. Saking terkenalnya, hampir seluruh orang dimuka bumi ini, mendengar tentang keindahan, dan cerita dibalik pesona alam gunung Bromo yang begitu menakjubkan.

Tempat wisata yang berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini, pengunjungnya tidak hanya menyaksikan kilauan sinar matahari terbit. Tetapi bisa melihat kawah berasap dari dekat, yakni dari bibir kawah. Sambil merasakan udara sejuk, wisatawan bisa melihat hamparan pasir dari bibir kawah. Hanya di Bromo yang bisa seperti itu.

Bahkan wisatawan bisa merasakan berjalan diatas lautan pasir, naik kendaraan jeep atau kuda sewaan, sambil melihat Gunung Batok, yang bersebelahan dengan Gunung Bromo. Sesampainya di kaki gunung Bromo, wisatawan melanjutkan petualangannya berjalan kaki naik tangga hingga tiba dibibir atau pinggir kawah.

Pemandangan di Gunung Bromo akan terasa semakin memukau saat awan turun menyelimuti lautan pasir. Dalam momen seperti itu, pengunjung akan merasakan sensasi seolah sedang berada di atas awan—suasana magis yang sulit ditemukan di tempat lain.

Gerbang menuju kawasan Gunung Bromo adalah Desa Cemorolawang, titik favorit para wisatawan. Tempat ini selalu ramai, terutama saat akhir pekan dan musim liburan. Banyak aktivitas menarik bisa dilakukan di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke kawah Bromo.

Pengunjung dapat berkemah, menikmati panorama pegunungan dan lautan pasir dari ketinggian. Dari Cemorolawang, wisatawan bisa memilih berbagai cara untuk mencapai puncak Bromo, mulai dari menaiki jeep sewaan, menunggang kuda, hingga berjalan kaki menembus hamparan pasir nan luas.

Lereng Gunung Bromo merupakan wilayah yang dihuni Suku Tengger, masyarakat yang setia memeluk agama Hindu dan memegang teguh tradisi leluhur. Mereka diyakini keturunan langsung kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Keaslian adat-istiadat Suku Tengger, menjadi objek kajian para antropolog. Hingga kini, Suku Tengger masih mempertahankan budaya dan gaya hidup tradisional, meski dunia luar terus berubah. Informasi tentang kekayaan budaya Suku Tengger, dalam bentuk dongeng, cerita rakyat, serat, kidung, legenda, hingga karya ilmiah yang ditulis para peneliti.

Legenda Gunung Bromo: Asal Usul dan Ritual Suci yang Menyertainya

Baca Juga  Garuda Wisnu Kencana Bali, Patung Tertinggi ke 4 di Dunia Dibangun 6 Presiden

Keindahan Gunung Bromo tak hanya terpancar dari panorama alamnya, tetapi juga dari kisah legenda yang diwariskan dan dipercaya turun-temurun oleh masyarakat setempat. Bagi Suku Tengger yang mendiami lereng Bromo, gunung ini bukan sekadar objek wisata, tetapi tempat suci yang sarat makna spiritual dan sejarah leluhur.

Roro Anteng dan Joko Seger

Legenda Gunung Bromo bermula dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan yang diyakini nenek moyang masyarakat Tengger. Keduanya merupakan keturunan bangsawan dari Kerajaan Majapahit, di wilayah Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Setelah wilayahnya dilanda peperangan, Roro Anteng dan Joko Seger mengungsi ke timur dan menetap di sebuah dataran tinggi yang dikenal Gunung Bromo. Di tempat baru ini, pasangan suami-istri ini membangun kehidupan.

Mereka memohon keturunan kepada Sang Hyang Widhi. Permohonan mereka dikabulkan dan pasangan suami-istri tersebut dikaruniai 25 orang anak.

Janji yang Dilanggar

Namun, ada syarat berat yang harus dipenuhi, mereka harus mengorbankan satu dari anaknya sebagai persembahan kepada sang dewa. Sayangnya, setelah anak-anak mereka lahir dan tumbuh besar, Roro Anteng dan Joko Seger tak tega menepati janjinya. Mereka melanggar sumpah yang pernah diucapkan.

Murka pun turun. Gunung Bromo yang semula damai tiba-tiba berubah menjadi ganas. Langit menggelap, angin menderu, pepohonan tumbang, dan rumah-rumah hancur diterjang bencana. Tak lama, gunung itu meletus dengan dahsyat, memuntahkan api dan lava. Dalam satu jilatan api dari kawah, salah satu anak mereka pun lenyap, ditelan kemarahan sang gunung.

Suara dari Langit dan Awal Ritual Kasada

Setelah letusan mereda dan suasana mencekam berubah menjadi duka mendalam, tiba-tiba terdengar suara gaib tanpa wujud. Suara itu memberi pesan kepada masyarakat agar selalu menepati janji dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Sebagai bentuk penebusan dan penghormatan, masyarakat Suku Tengger sejak saat itu mengadakan ritual tahunan yang dikenal dengan nama Yadnya Kasada.

Ritual Kasada: Persembahan ke Kawah Bromo

Setiap tanggal 15 bulan Kasada dalam kalender Tengger, masyarakat Tengger melakukan upacara sakral di kawah Gunung Bromo. Dalam ritual tersebut, Suku Tengger membawa hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan juga hewan ternak untuk dilemparkan ke dalam kawah sebagai persembahan.

Baca Juga  Menyelami Keindahan Pantai Ora, Surga Tersembunyi di Maluku

Ritual ini bukan hanya bentuk rasa syukur, tetapi juga upaya memohon keselamatan dan keharmonisan antara manusia dan alam. Hingga kini, upacara Kasada tetap lestari, bahkan menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan ribuan pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Gunung Bromo bukan hanya destinasi wisata, tapi juga penjaga legenda yang masih hidup dalam tradisi dan hati masyarakatnya. Di sinilah alam, sejarah, dan spiritualitas bertemu dalam harmoni yang menggetarkan jiwa.

Yadnya Kasada: Tradisi Unik Umat Hindu Suku Tengger di Gunung Bromo

Gunung Bromo tak hanya memikat wisatawan dengan keindahan lanskap alamnya. Dibalik pesona alamnya, tersimpan sebuah tradisi keagamaan unik, yang hanya ditemukan di tempat ini: Yadnya Kasada, ritual suci umat Hindu Suku Tengger yang tidak dijumpai di daerah Hindu lainnya di Indonesia.

Ritual Keagamaan yang Tak Ditemui di Tempat Lain

Gunung berapi aktif yang terletak di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ini menjadi saksi berlangsungnya perayaan keagamaan khas satu-satunya di Nusantara. Meski di berbagai daerah Indonesia terdapat komunitas Hindu.

Namun Yadnya Kasada hanya dirayakan masyarakat Tengger yang bermukim di lereng-lereng Bromo. Istilah “Yadnya” berasal dari bahasa Sanskerta “Yaj”, yang berarti pemujian atau persembahan. Yadnya Kasada, bentuk pemujaan yang dilaksanakan setiap bulan purnama di bulan ketujuh (Kasada) penanggalan Tengger.

Makna dan Proses Ritual Yadnya Kasada

Dalam ritual ini, umat Hindu Suku Tengger membawa sesaji berupa hasil bumi dan hewan ternak, lalu dilempar ke kawah Gunung Bromo. Sesajen tersebut dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi, sebagai bentuk syukur atas berkah dan kelimpahan hidup.

Bagi masyarakat Tengger, ritual ini bukan sekadar tradisi warisan leluhur, melainkan bentuk pengabdian spiritual yang sakral. Yadnya Kasada momen penting untuk mempererat hubungan antara manusia, alam, dan kekuatan ilahi.

Yadnya Kasada adalah cerminan keharmonisan antara budaya, alam, dan spiritualitas, yang menjadikan Gunung Bromo bukan hanya destinasi wisata alam, tapi juga tempat suci yang sarat nilai dan makna. Inilah warisan budaya tak ternilai yang terus hidup dan menginspirasi, hingga kini.***

Selain dapat menyaksikan ritual Yadnya Kasada yang unik dan tidak ditemukan di daerah lain, wisatawan juga berkesempatan menikmati keelokan berbagai spot wisata menarik yang berada tidak jauh dari kawasan Gunung Bromo. Beberapa di antaranya bahkan menjadi ikon tersendiri yang wajib dikunjungi saat menjelajah Bromo dan sekitarnya. Di antaranya:

  1. Penanjakan 1 – Spot Sunrise Terbaik
Baca Juga  Batu Secret Zoo, Tempat Wisata Berkonsep Kekinian dan Ikonik

Terletak di ketinggian lebih dari 2.700 meter di atas permukaan laut, Penanjakan 1 adalah tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbit di Bromo. Dari titik ini, pengunjung bisa melihat siluet Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru yang berdiri megah, diselimuti kabut pagi yang menakjubkan.

  1. Lembah Watangan – Padang Rumput Nan Hijau

Di balik megahnya kawah Gunung Bromo dan lautan pasir, tersembunyi permata alam, yakni Lembah Watangan. Berlokasi di sisi tenggara kawasan Bromo, lembah ini menyuguhkan hamparan padang rumput hijau nan  luas.

Lembah Watangan atau “Savana Bromo” disebut juga “Bukit Teletubbies” oleh wisatawan karena bentuk bukit-bukitnya bergelombang dan hijau seperti Film anak-anak. Saat musim hujan, lembah ini berubah menjadi padang rumput nan subur, tempat ideal berfoto, berkemah, atau menikmati alam.

  1. Pasir Berbisik – Lautan Pasir yang Mistis

Disebut “Pasir Berbisik” karena suara desiran pasir yang terdengar saat tertiup angin, kawasan ini merupakan hamparan lautan pasir luas di sekitar kaki Gunung Bromo. Tempat ini menjadi favorit bagi pecinta fotografi dan juga sering digunakan sebagai lokasi syuting film.

  1. Bukit Kingkong dan Bukit Cinta – Alternatif Spot Sunrise

Bagi yang ingin mencari sudut pandang berbeda dari Penanjakan, Bukit Kingkong dan Bukit Cinta bisa menjadi alternatif. Kedua spot ini menawarkan pemandangan serupa, namun dengan suasana yang lebih tenang dan tidak seramai Penanjakan.

  1. Pura Luhur Poten – Pusat Spiritualitas Suku Tengger

Berada di tengah lautan pasir, Pura Luhur Poten merupakan tempat ibadah utama umat Hindu Tengger. Pura ini juga menjadi pusat pelaksanaan upacara Yadnya Kasada. Arsitektur pura yang khas berpadu dengan latar Gunung Bromo menciptakan nuansa spiritual yang kuat.

Dengan kekayaan alam dan budaya yang begitu lengkap, Bromo bukan sekadar destinasi wisata alam, tetapi juga ruang spiritual dan budaya yang hidup. Wisatawan tidak hanya diajak menikmati pemandangan, tetapi juga menyelami cerita, kepercayaan, dan kearifan lokal yang membentuk wajah Bromo hari ini.***

Berita Terkait

Gunung Kemukus: Transformasi Tempat Pesugihan ke Destinasi Wisata Religius
Menyelami Keindahan Pantai Ora, Surga Tersembunyi di Maluku
Liburan Seru ke Drini Park, Wisata Baru Hits di Gunung Kidul
Tempat Wisata Jungwok Blue Ocean Bernuansa Putih-Biru Ala Yunani,
Foto Bareng Binatang Cakar di Gembira Loka Zoo Jogjakarta
Pantai Watu Leter Malang: Surga Tersembunyi Untuk Menyepi
Pantai Sendiki Malang: Tempat Wisata Hidden dan Masih Perawan
Wisata Pantai Terindah, Mirip Tanah Lot Bali ada di Jawa Timur

Berita Terkait

Rabu, 24 September 2025 - 06:57

Gunung Kemukus: Transformasi Tempat Pesugihan ke Destinasi Wisata Religius

Selasa, 23 September 2025 - 19:15

Menyelami Keindahan Pantai Ora, Surga Tersembunyi di Maluku

Jumat, 22 Agustus 2025 - 18:19

Liburan Seru ke Drini Park, Wisata Baru Hits di Gunung Kidul

Jumat, 22 Agustus 2025 - 08:41

Tempat Wisata Jungwok Blue Ocean Bernuansa Putih-Biru Ala Yunani,

Rabu, 20 Agustus 2025 - 07:03

Foto Bareng Binatang Cakar di Gembira Loka Zoo Jogjakarta

Berita Terbaru