Bluetooth merupakan salah satu fitur memindahkan file antar perangkat, seperti smartphone, smart TV, komputer, hingga notebook. Teknologi ini dikembangkan diakhir 1990-an dan kini menjadi fitur standar diberbagai perangkat elektronik.
Dengan Bluetooth, pengguna dapat berbagi foto, dokumen, file, menyambungkan perangkat audio seperti headset dan speaker, hingga menghubungkan keyboard atau mouse ke komputer secara nirkabel. Salah satu keunggulan Bluetooth, kemudahannya dalam koneksi otomatis tanpa jaringan internet.
Cukup aktifkan Bluetooth di kedua perangkat, pasangkan (pairing), lalu transfer data. Meski praktis, kecepatan transfer Bluetooth lebih lambat dibanding metode lain seperti Wi-Fi Direct atau kabel data. Oleh karena itu, Bluetooth lebih cocok untuk berbagi file berukuran kecil hingga sedang, seperti foto, dokumen, atau musik.
Dalam perkembangannya, Bluetooth kini hadir dalam berbagai versi, seperti Bluetooth 4.0, 4.2, 5.0, hingga 5.3. Setiap versi membawa peningkatan dalam jangkauan, kecepatan, dan efisiensi daya, semakin ideal untuk perangkat pintar masa kini—termasuk IoT (Internet of Things).
Dr. Jaap Haartsen adalah penemu teknologi Bluetooth. Ia mengembangkan teknologi ini awal tahun 1990-an saat bekerja sebagai insinyur di perusahaan telekomunikasi Swedia, yakni Ericsson.
Bluetooth merupakan teknologi nirkabel jarak pendek yang memakai gelombang radio berenergi rendah. Tujuannya mempermudah koneksi antar perangkat tanpa kabel, terutama pemindahan file, berbagi data, maupun aksesori seperti headphone, keyboard, atau mouse.
Teknologi ini dirancang untuk bekerja efisien dalam jarak pendek, biasanya 10 meter, tergantung versi dan kekuatan perangkat. Konsumsi daya rendah, Bluetooth cocok digunakan di berbagai perangkat modern seperti smartphone, tablet, smart TV, hingga perangkat Internet of Things (IoT).
Sejarah Penemuan Bluetooth
Penemuan teknologi Bluetooth berawal dari keinginan insinyur asal Belanda, Dr. Jaap Haartsen. Menciptakan fitur yang menghubungkan berbagai perangkat elektronik tanpa kabel. Ia ingin menghadirkan solusi yang tidak hanya menghemat ruang, tetapi memudahkan integrasi fungsi antar perangkat, sehingga pekerjaan lebih efisien.
Pria bernama lengkap Jacobus Cornelis Haartsen ini percaya, kalau teknologi nirkabel jarak pendek menjadi solusi kebutuhan komunikasi data antar perangkat pribadi. Ia berharap temuannya memberi manfaat luas di masa depan.
Pada awal 1990-an, saat bekerja di perusahaan telekomunikasi Ericsson, Dr. Jaap Haartsen menemukan teknologi ini. Salah satu fondasi Bluetooth adalah frekuensi 2,45 GHz, yang dipakai perangkat nirkabel lainnya.
Frekuensi ini dipilih karena sifatnya global dan tidak berlisensi, sehingga penerapan Bluetooth di berbagai negara tanpa kendala regulasi.Setelah berhasil menciptakan prototipe awal, teknologi Bluetooth dikembangkan dan disempurnakan.
Kini, Bluetooth menjadi salah satu fitur standar di hampir semua perangkat elektronik modern, dari smartphone, komputer, speaker, hingga perangkat wearable seperti smartwatch.
Inovasi Penting dalam Teknologi Bluetooth
Awalnya, Bluetooth diciptakan hanya untuk menghubungkan dan memindahkan data antar perangkat yang punya fitur serupa, seperti komputer dan ponsel. Namun, seiring waktu, fungsi Bluetooth berkembang lebih luas dan kompleks.
Salah satunya diterapkan di bidang medis. Teknologi ini kini digunakan mentransmisi data penting dari perangkat medis. Seperti pengukur tekanan darah, monitor detak jantung, hingga pengukur kadar gula darah.
Dengan adanya Bluetooth, data dari perangkat bisa langsung dikirim ke smartphone atau komputer tenaga medis secara real-time, sehingga mempermudah pemantauan kondisi pasien tanpa kabel atau proses manual.
Inovasi ini menjadi titik awal peluncuran Bluetooth versi 1.0, hasil dari visi Dr. Jaap Haartsen. Kini, teknologi Bluetooth berkembang pesat hingga mencapai versi 4.2, bahkan lebih tinggi, peningkatan kecepatan transfer data, efisiensi daya, dan keamanan.
Keberhasilan Haartsen menciptakan Bluetooth tidak lepas dari pengalamannya bekerja di industri telekomunikasi bersama perusahaan besar seperti Ericsson, Philips, dan Siemens. Meski telah menemukan sesuatu yang revolusioner, Jaap Haartsen tetap kuliah dan meraih gelar Ph.D. dari TU Delft (Delft University of Technology), Belanda.
Asal Usul Nama “Bluetooth”
Tahukah Anda kalau kata Bluetooth secara harfiah berarti “Gigi Biru”? Nama unik ini ternyata berasal dari nama raja Skandinavia, Harald “Bluetooth” Gormsson, yang memerintah Denmark dan sebagian Norwegia, pada abad ke-10, sekitar tahun 958 hingga 986 Masehi.
Raja Harald dikenal dalam sejarah karena berhasil menyatukan beberapa suku di wilayah Skandinavia yang sebelumnya berselisih dan terlibat peperangan. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang membawa pengaruh besar terhadap penyebaran agama Kristen.
Kisah Raja Harald menginspirasi para pengembang teknologi komunikasi diakhir 1990-an. Saat itu, para insinyur, termasuk Dr. Jaap Haartsen, berupaya menciptakan teknologi yang bisa menyatukan perangkat elektronik, seperti komputer, ponsel, dan printer, agar dapat berkomunikasi satu sama lain secara nirkabel.
Karena teknologi ini memiliki konsep “penyatuan” yang serupa dengan apa yang dilakukan Raja Harald, maka dipilihlah nama “Bluetooth”. Awalnya, nama ini hanya bersifat sementara, tetapi akhirnya digunakan secara resmi karena dianggap unik dan mudah dihafal.
Logo Bluetooth, gabungan dua huruf rune Skandinavia: Hagall (ᚼ) dan Bjarkan (ᛒ), inisial dari Harald Bluetooth dalam alfabet kuno. Simbol ini memperkuat keterkaitan sejarah antara raja penyatu bangsa dan teknologi penyatu perangkat.
Kesimpulan
Teknologi Bluetooth telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari awalnya yang hanya sebagai alat pemindah file antar perangkat, kini Bluetooth berkembang menjadi teknologi penting yang digunakan di berbagai bidang. Mulai komunikasi, hiburan, hingga dunia medis.
Penemunya, Dr. Jaap Haartsen, bukan hanya menciptakan teknologi praktis, tetapi membuka jalan bagi era konektivitas nirkabel yang efisien dan hemat energi. Pengalamannya di perusahaan besar seperti Ericsson, Philips, dan Siemens menjadi pondasi kuat dalam mencipta inovasi tersebut.
Menariknya, nama “Bluetooth” terinspirasi dari Raja Harald Bluetooth, pemersatu suku-suku di Skandinavia. Seperti sang raja, Bluetooth juga menyatukan, namun dalam bentuk lain: menyatukan berbagai perangkat elektronik agar dapat “berkomunikasi” secara seamless dan tanpa kabel.
Dengan terus berkembangnya versi dan fungsinya, Bluetooth membuktikan, kalau inovasi yang dilandasi visi besar dan tujuan mulia akan selalu menemukan tempat dalam sejarah teknologi umat manusia.***
.
Penemu.co
Penulis : Agus Purwoko
Editor : Gusmo
Sumber Berita: Berbagai Sumber