Labuan Bajo: Destinasi Wisata Superprioritas di Ujung Barat Flores

Sabtu, 26 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penam[pakan salah satu tempat wisata di Labuan Bajo. Foto: Meta AI

Penam[pakan salah satu tempat wisata di Labuan Bajo. Foto: Meta AI

SuaraBhinneka.id – Labuan Bajo adalah sebuah wilayah yang terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Daerah ini pusat pemerintahan Kecamatan Komodo dan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat.

Labuan Bajo tengah dikembangkan sebagai Kota Wisata, salah satu destinasi wisata superprioritas. Wilayah ini sebagai gerbang menuju Taman Nasional Komodo, memiliki beragam daya tarik, seperti Hutan Solohana, hutan buatan bagian dari kawasan konservasi dan rekreasi.

Keberagaman Etnis dan Kehidupan Sosial di Kabupaten Manggarai Barat

Masyarakat Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas bermacam-macam suku, mayoritas penduduk Suku Manggarai. Selain itu, terdapat suku lain yang mewarnai keragaman budaya. Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, penduduknya didominasi Suku Manggarai.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakatnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Namun mereka juga menggunakan bahasa daerah, Bahasa Manggarai dengan dialek Manggarai Barat.

Mayoritas Suku Manggarai mata pencahariannya bertani. Mereka menggarap ladang dan sawah, menanam aneka jenis tanaman, seperti padi, jagung, ubi kayu, buah-buahan, dan sayuran. Selain bertani, mereka juga beternak kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, dan ayam.

Selain Suku Manggarai, terdapat pula Suku Bajo yang umumnya bekerja sebagai nelayan dan hidup berdampingan harmonis dengan masyarakat lokal lainnya.

Demografi dan Keagamaan di Labuan Bajo (2022)

Tahun 2022, jumlah penduduk Labuan Bajo 6.973 jiwa, tingkat kepadatan penduduk 506 jiwa per km². Masyarakat di wilayah ini didominasi suku Manggarai dan suku Bajo. Umumnya, suku Manggarai memeluk agama Katolik dan Protestan, sementara suku Bajo, warga pendatang, beragama Islam.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022, persentase penduduk Labuan Bajo menurut agama yang dianut adalah sebagai berikut:

  • Kristen (total): 81,46%
  • Katolik: 80,76%
  • Protestan: 0,70%
  • Islam: 17,94%
  • Hindu: 0,46%
  • Buddha: 0,14%
Baca Juga  Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Maha Karya Alam yang Tersembunyi

Dominasi agama Katolik di wilayah ini tidak terlepas dari penyebaran agama tersebut yang dimulai awal abad ke-20. Masuknya agama Katolik ke Manggarai Barat dipelopori misionaris Yesuit (SJ) tahun 1910–1914, dilanjutkan misionaris Societas Verbi Divini (SVD) tahun 1914.

Labuan Bajo: Kota Kecil dengan Fungsi Strategis di Ujung Barat Flores

Labuan Bajo, sebuah kota kecil di pesisir barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki peran yang sangat strategis di berbagai sektor. Meski relatif kecil, Labuan Bajo menjadi pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan, perdagangan, dan pariwisata di Manggarai Barat.

Pusat Pemerintahan

Sebagai ibu kota Kabupaten Manggarai Barat sekaligus pusat Kecamatan Komodo, di Labuan Bajo berdiri sejumlah kantor pemerintah. Kantor Bupati Manggarai Barat, Kantor DPRD, Kantor Camat, serta beberapa kantor pemerintah lainnya, pusat administrasi dan layanan publik.

Pusat Pendidikan

Labuan Bajo, pusat pendidikan tingkat menengah di barat Flores. Ada empat sekolah menengah atas, yakni SMAN 1 Komodo, SMKN 1 Komodo, SPM, SMA Katolik Loyola, dan SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II. Untuk sekolah menengah pertama, ada SMPN 1 Komodo, SMPK Loyola, SMPK Arnoldus, dan MTs.

Pusat Perdagangan

Sejak dulu, Labuan Bajo oleh penduduk lokal disebut “Mbajo”, tempat bersandar kapal dagang dari Makassar, terutama Bajo dan Bugis. Aktivitas perdagangan berkembang sejak dibangunnya Dermaga Ferry dan Pelabuhan PELNI.

Pusat Pariwisata

Labuan Bajo, gerbang menuju beberapa destinasi wisata di Nusa Tenggara Timur NTT). Sejumlah tempat wisata populer ada di dalam maupun sekitar kota, seperti Pantai Pede, Pantai Gorontalo, Puncak Waringin, dan Gua Batu Cermin.

Sementara itu, kawasan pulau sekitarnya menyuguhkan panorama alam luar biasa, seperti Wae Cicu, Pulau Bidadari, Batu Gosok (Kanawa), serta pulau di Taman Nasional Komodo, seperti Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Sebayur, Gili Lawa, Siaba, Manta Point, Pulau Kalong, Manjarite, dan Pink Beach (Long Beach).

Baca Juga  Kekayaan Alam yang Tersimpan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Wajib Dijaga Kelestariannya

Daya Tarik Wisata Batu Karang Strawberry

Labuan Bajo gerbang menuju Taman Nasional Komodo dan dikelilingi beberapa pulau eksotis. Salah satu yang menarik perhatian wisatawan adalah Pulau Rinca, yang menyimpan berbagai daya tarik alam, seperti Strawberry Rock Stone atau Nisa Purung.

Apa Itu Strawberry Rock Stone?

Strawberry Rock Stone, gugusan batu karang warna merah muda, di kawasan perairan Pulau Rinca. Warnanya yang mencolok menyerupai buah stroberi. Dalam bahasa setempat, lokasi ini dikenal Nisa Purung, yang berarti “pulau terbakar”

Merujuk pada rona kemerahan yang tampak menyala saat terkena sinar matahari. Kawasan ini berada di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Cara Menuju Strawberry Rock Stone

Akses menuju lokasi ini hanya bisa melalui jalur laut. Hingga saat ini, belum tersedia jalan darat yang langsung ke Pulau Rinca. Wisatawan yang hendak kesana, bisa naik Perahu kayu lokal atau Speed boat dan Kapal pinisi, kapal tradisional yang digunakan mengelilingi pulau Labuan Bajo

Waktu tempuh dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca sekitar 30 menit naik kapal. Banyak operator tur menyediakan paket berlayar 3 hari 2 malam, berkunjungan ke beberapa pulau sekaligus, termasuk Pulau Rinca dan destinasi unik seperti Strawberry Rock Stone.

Pengalaman di Strawberry Rock Stone

Setelah tiba di dermaga Pulau Rinca, pengunjung menuju loket masuk untuk membeli tiket. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan dengan perahu kecil (boat) dan berjalan kaki sekitar 5 menit menyusuri pantai menuju Strawberry Rock Stone.

Dalam perjalanan, wisatawan melewati jalur trekking alami dengan pemandangan yang memanjakan mata. Di area Strawberry Rock Stone, selain menikmati warna unik batu karang, pengunjung menyaksikan panorama matahari terbenam dari sudut pulau.

Baca Juga  Desa Komodo: Rumah Sang Naga Purba dan Suku Komodo

Kampung Melo: Pesona Budaya dan Alam dari Ketinggian Manggarai Barat

Kampung Melo salah satu desa tradisional di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, yang telah ditetapkan sebagai desa wisata. Letaknya tidak jauh dari Labuan Bajo, desa ini menyuguhkan kekayaan seni, budaya, serta keindahan alam. Penduduknya ramah dan terbuka terhadap wisatawan.

Menyaksikan Tradisi dan Aktivitas Sehari-hari

Di Kampung Melo, wisatawan bisa melihat cara hidup masyarakat lokal, terutama kegiatan bercocok tanam dan membuat kerajinan tangan, seperti tenun songket dan anyaman keranjang. Ini menjadi daya tarik para pelancong yang ingin merasakan pengalaman wisata budaya asli.

Akses dan Penyambutan Adat

Untuk mencapai desa ini, wisatawan menempuh perjalanan melalui jalur Trans Flores, estimasi waktu sekitar 30 menit dari Kota Labuan Bajo. Setibanya di Kampung Melo, pengunjung disambut tetua adat dan warga kampung melalui prosesi penyambutan adat, diiringi musik tradisional Manggarai.

Salah satu momen dalam penyambutan, ketika tamu diberikan selendang khas Kampung Melo yang dikenakan oleh pendamping tetua adat. Selendang tersebut symbol, kalau wisatawan resmi diterima di komunitas Kampung Melo.

Rumah Gendang dan Ritual Budaya

Setelah penyambutan, tamu diajak ke rumah gendang, rumah adat di tengah kampung yang ditempati ritual tradisional. Di sini, ketua adat memimpin upacara berbahasa adat Manggarai. Sebagai bagian dari prosesi, wisatawan diberi minuman tradisional berupa tuak atau sopi, serta pinang lengkap dengan kapur dan sirih.

Panorama Alam dari Ketinggian

Letaknya yang diperbukitan, Kampung Melo memiliki lanskap alam yang indah. Suasana sejuk dengan suhu berkisar antara 10 hingga 20 derajat Celsius. Dari desa ini, pengunjung dapat menikmati panorama hijau nan asri dengan deretan bukit yang berlapis sejauh mata memandang.***

 

 

Berita Terkait

Gunung Kemukus: Transformasi Tempat Pesugihan ke Destinasi Wisata Religius
Menyelami Keindahan Pantai Ora, Surga Tersembunyi di Maluku
Liburan Seru ke Drini Park, Wisata Baru Hits di Gunung Kidul
Tempat Wisata Jungwok Blue Ocean Bernuansa Putih-Biru Ala Yunani,
Foto Bareng Binatang Cakar di Gembira Loka Zoo Jogjakarta
Pantai Watu Leter Malang: Surga Tersembunyi Untuk Menyepi
Pantai Sendiki Malang: Tempat Wisata Hidden dan Masih Perawan
Wisata Pantai Terindah, Mirip Tanah Lot Bali ada di Jawa Timur

Berita Terkait

Rabu, 24 September 2025 - 06:57

Gunung Kemukus: Transformasi Tempat Pesugihan ke Destinasi Wisata Religius

Selasa, 23 September 2025 - 19:15

Menyelami Keindahan Pantai Ora, Surga Tersembunyi di Maluku

Jumat, 22 Agustus 2025 - 18:19

Liburan Seru ke Drini Park, Wisata Baru Hits di Gunung Kidul

Jumat, 22 Agustus 2025 - 08:41

Tempat Wisata Jungwok Blue Ocean Bernuansa Putih-Biru Ala Yunani,

Rabu, 20 Agustus 2025 - 07:03

Foto Bareng Binatang Cakar di Gembira Loka Zoo Jogjakarta

Berita Terbaru