SuaraBhinneka.id (Probolinggo) – Sabtu, 20 September 2025, ada yang berbeda di Stadion Bayuangga, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi gelanggang olahraga terbesar di Kota Bayuangga ini. Dari tribun hingga lapangan, menjadi lautan manusia yang larut dalam pesta budaya bertajuk “Batik in Motion 2025: Gerak dalam Batik, Jelajah dalam Alam.”
Acara ini bukan sekadar perayaan, melainkan rangkaian peringatan Hari Jadi ke-666 Kota Probolinggo. Selama dua malam, tanggal 20 sampai dengan 21 September 2025, stadion yang berada di Jalan Kaca Piring, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan ini. menjadi perhelatan megah untuk batik, seni tari, musik, hingga fashion show.
Hadir di malam pembukaan, Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin Elistiano Dardak, Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin bersama Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari, Ketua Dekranasda Kota Probolinggo, dr Evariani Aminuddin, Pimpinan DPRD, Forkopimda, Pj. Sekda, jajaran kepala OPD, hingga tamu istimewa dari Dekranasda berbagai daerah di Jawa Timur dan komunitas ULD Indonesia.
Dibuka dengan Tari Kolosal
Sebelum acara inti, panggung lebih dulu diisi tarian Jaran Bodag yang dibawakan 100 penari dari Sanggar Bayu Kencana. Gerakan kompak, hentakan kaki yang menghentak, dan kostum penuh warna langsung menyihir ribuan pasang mata.
Pertunjukan berlanjut dengan tarian medley Nusantara dari Sanggar Senam Elizabeth yang menghadirkan harmoni gerak lintas budaya daerah, serta line dance dari ULD Indonesia yang membawa semangat inklusivitas.
Sendratari Lahirnya Kembali Batik Kanekrembang
Puncak acara diisi sendratari kolosal yang mengisahkan lahirnya kembali Batik Kanekrembang, motif khas Kota Probolinggo. Motif ini memadukan kembang arimbang dan burung bango, simbol umur panjang, keberuntungan, kesetiaan, keanggunan, dan harapan.
Kisah yang ditampilkan di panggung menegaskan, kalau Batik Kanekrembang bukan hanya selembar kain indah, melainkan falsafah hidup: keseimbangan antara tradisi dan modernitas, bumi dan langit, gerak dan diam.
Batik ini digarap pegiat batik muda Kota Probolinggo, Ananda Nico Sawiji. Karyanya menjadi bukti, kreativitas generasi muda mampu menjembatani warisan leluhur dengan sentuhan masa kini yang berkelas dunia.
Peresmian Identitas Baru Kota
Di hadapan ribuan warga, Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin meresmikan peluncuran Batik Kanekrembang sebagai batik khas Kota Probolinggo tahun 2025. Ia bersama sang istri tampil anggun mengenakan batik motif baru tersebut, simbol lahirnya identitas baru kota.
“Peluncuran ini bukan hanya tentang batik, tetapi tentang identitas dan kebanggaan kita sebagai warga kota yang memiliki warisan luhur. Kami ingin batik menjadi sumber kehidupan yang menyejahterakan para pengrajin, UMKM, dan pelaku industri kreatif lokal,” ujar Aminuddin.
Apresiasi juga datang dari Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin Elistiano Dardak, yang menyebut Batik Kanekrembang sebagai wujud nyata pelestarian budaya sekaligus penggerak ekonomi.
“Dengan kemajuan digital, batik semakin mudah dikenalkan kepada generasi muda. Dan batik Kanekrembang yang lahir kembali ini adalah kebanggaan kita bersama,” ujarnya.
Dukungan turut hadir dari Kementerian Pariwisata RI. Melalui tayangan video, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Vinsensius Jemadu menegaskan pentingnya acara ini.
“Malam Batik in Motion bukan hanya panggung seni, tetapi momentum menumbuhkan rasa bangga pada budaya bangsa. Ini adalah ruang pertemuan tradisi dan inovasi, serta langkah nyata memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi wisata budaya berkelas dunia,” katanya.
Fashion Show Batik Kanekrembang
Suasana semakin meriah dengan penampilan fashion show batik inkubasi yang melibatkan desainer muda, pelajar, hingga pegiat batik lokal. Di panggung, busana-busana segar bermotif Kanekrembang tampil penuh gaya,membuktikan tradisi bisa menyatu indah dengan tren masa kini.
Batik sebagai Identitas Kota
Melalui Malam Puncak Batik in Motion 2025, Pemerintah Kota Probolinggo meneguhkan tiga pesan besar:
-
Apresiasi budaya – menjaga, melestarikan, dan memperkenalkan kembali kekayaan batik kepada generasi muda.
-
Penguatan ekonomi kreatif – menjadikan batik sebagai sumber kesejahteraan bagi pengrajin, UMKM, dan industri lokal.
-
Identitas Kota Probolinggo – menjadikan batik sebagai kebanggaan sekaligus daya tarik wisata budaya.
Malam itu, Bayuangga bukan hanya menjadi arena olahraga, melainkan panggung perayaan jati diri Kota Probolinggo. Dan Batik Kanekrembang kini resmi lahir sebagai simbol baru, mengikat masa lalu dengan masa depan, dalam satu helai kain penuh makna.***
Penulis : Agus Purwoko
Editor : Gusmo
Sumber Berita: Liputan