Menelisik Cendrawasih, Burung Dari Surga Endemik Indonesia Timur

Kamis, 15 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu jenis atau spesies Burung Cendrawasih tengah bertengger di dahan sebuah pohon.     Foto: Hasil AI

Salah satu jenis atau spesies Burung Cendrawasih tengah bertengger di dahan sebuah pohon. Foto: Hasil AI

SuaraBhinneka – Pulau Papua, tidak hanya diberkahi alam nan indah dan sumber daya alam melimpah, Provinsi paling timur di Indonesia ini, alamnya dihuni fauna terindah di dunia, yakni Burung Cendrawasih.

Burung endemik papua ini warna bulunya menakjubkan, yang warna bulunya dari lebih dari tiga. Terpadu, dalam corak yang begitu istimewa dan indah saat dipandang. Karena itu tidak salah,  kalau Burung Cendrawasih disebut “The Bird of Paradise” burung dari surga.

Ada sekitar 41 spesies Cendrawasih yang hidup dan terbang di alam liar Indonesia, 37 spesies diantaranya, di Papua. Setiap jenis punya nama berbeda, yang biasanya disesuaikan dengan warna bulu yang menonjol. Seperti, Cendrawasih Kuning Kecil, Kuning Besar, atau Merah.

Selain bulunya indah, cendrawasih juga punya suara indah yang tak kalah dengan jenis burung lain. Kebiasaannya menggerak-gerakkan tubuh dan bulunya, seperti seorang penari yang tengah beratraksi.

Biasanya, tingkah seperti itu dilakukan, saat kepingin kawin. Tujuannya, menarik perhatian lawan jenis atau pasangannya. Sayangnya, burung dari surga ini terancam punah, akibat perburuhan manusia.

Mengenal Burung Cendrawasih

Cendrawasih termasuk keluarga dari Paradisaeidae dan ordo Passeriformes. Jenis burung seperti itu banyak ditemukan di Pulau Papua, kepulauan Maluku, Selat Torres, Papua Nugini hingga Australia sisi timur.

Oleh masyarakat Papua, cenderawasih dianggap burung dari surga. Secara etimologi, cendra  berarti dewa atau dewi sedang wasih, berarti utusan. Burung ini bulunya panjang, membentuk pola, tumbuh disayap, kepala dan paruh.

Burung Cendrawasih, terdiri dari beberapa genus dan spesies, yakni 14 genus dan 43 spesies. Dari 30 spesies yang ditemukan, 28 di antaranya tinggal dan hidup di Pulau Papua. Sedang Cendrawasih yang tinggal di kepulauan Maluku dan Halmahera hanya 2 spesies.

Akhir abad 9 hingga awal abad 20, burung endemik Papua ini diperjual-belikan bebas, diambil bulunya untuk memperindah topi wanita Eropa. Bulu Cendrawasih juga dipakai untuk hiasan kepala suku pedalaman Papua. Saat upacara adat, penyambutan tamu, acara pernikahan dan sebagainya.

Jenis Burung Cendrawasih

Dibawah ini jenis cendrawasih, berdasarkan tempat hidup atau endemiknya, di antaranya:

  1. Cicinnurus respublica (Cendrawasih Botak)

Burung eendemik Pulau Waigeo dan Raja Ampat ini, dikatagorikan berukuran kecil atau mungil karena ukuran burung pejantannya sekitar 21 cm, sedang ukuran betinanya lebih kecil lagi. Cendrawasi Pejantan, warna bulunya hitam, kombinasi kuning bergaris dilehernya, bulu kaki biru, paruh hijau dan ekornya ungu.

  1. Cicinnurus regius (Cendrawasih Raja) dan Cicinnurus magnificus (Cendrawasih Belah Rotan)

Burung Cicinnurus regius (Cendrawasih Raja) dan Cicinnurus magnificus (Cendrawasih Belah Rotan), endemik Papua dan pulau disekitarnya, Papua (Indonesia) dan Papua Nugini.

Ukuran badan atau tubuhnya sekitar 26 cm. Bulu dada pejantannya hijau, kuning terang bulu sayapnya, dan kaki berwarna biru. Dua bulu warna biru kehijauan melengkung dibagian ekornya. Untuk betina, warna bulunya coklat dan telurnya berwarna krem.

  1. Drepanornis bruijnii Astrapia nigra dan Lophorina
Baca Juga  Forum Jamsos Kritik Kegiatan Wapres Gibran Rakabuming ke Pasar dan Sawah

Cendrawasih Drepanornis bruijnii (Cendrawasih Pale Billed Sicklebill), Papua (Indonesia dan Papua Nugini). Cendrawasih Astrapia nigra (Cendrawasih Astrapia Arfak), endemik Papua, Indonesia. Sedang Cendrawasih Lophorina magnifica (Cendrawasih Toowa Cemerlang) endemik Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.

Ukuran badannya 23 sampai 25 cm dan burung ini tersebar di Indonesia, Papua Nugini serta Australia. Warna bulu pejantannya ungu berkilau di dada atas dan warna perunggu didada bawah, warna bulu kepala biru kehijauan. Sedang warna bulu betina cenderung pucat, gelap kecokelatan.

  1. Lophorina superba (Cendrawasih Kerah), Papua, Indonesia.

Cendrawasih spesies genus Lophorina ukuran tubuhnya sekitar 26 cm. Warna bulu tubuh pejantannya hitam dengan mahkota hijau kebiruan, sedang betinanya cokelat kemerahan. Burung betina pilih-pilih mencari pasangan. Dari 15 hingga 20 pejantan, hanya satu yang dipilih.

  1. Lycocorax pyrrhopterus (Cendrawasih Gagak), endemik Maluku.

Burung Cendrawasih Gagak ini ukuran tubuhnya sekitar 34 cm dan bulu badannya halus berwarna gelap. Paruhnya hitam dan suaranya mirip gonggongan anjing. Penampilan Jantan dan betina mirip, namun ukuran tubuh betina lebih kecil.

  1. Epimachus fastuosus, Epimachus albertisi dan Manucodia ater

Cendrawasih Epimachus fastuosus (Cendrawasih Paruh Sabit Kurikuri) dan Epimachus albertisi (Cendrawasih Paruh Sabit Hitam), endemik Papua. Sedang Manucodia ater (Manukodia Mengkilap), Endemik Indonesia dan Papua Nugini.

Burung ini penyendiri, ukurannya sekitar 42 cm bulu hijau, ungu dan biru mengkilap, paruhnya hitam, matanya merah dan ekor panjang.

  1. Manucodia comrii, Semioptera wallacii, Seleucidis melanoleuca, Paradigalla carunculata dan Paradisaea minor

Manucodia comrii (Cendrawasih Manukod Jambul Bergulung). Semioptera wallacii (Bidadari Halmahera), merupakan endemik Maluku. Seleucidis melanoleuca (Cendrawasih Mati Kawat), dan Paradigalla carunculata (Cendrawasih Paradigala Ekor Panjang), endemik Papua. Sedang Paradisaea minor (Cendrawasih Kuning Kecil), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).

Burung-burung tersebut berukuran sedang, panjangnya sekitar 32 cm. Warna bulu tubuh bagian depan merah kecokelatan, sedang belakang cenderung kekuningan. Bulu betina diarea kepala coklat dan putih didada. Bulu jantan hijau disekitar tenggorokan. Putih dan kuning bulu ekor panjangnya.

  1. Paradisaea apoda dan Paradisaea raggiana

Cendrawasih Paradisaea apoda (Cendrawasih Kuning Besar), endemik Papua (Indonesia dan Papua Nugini). Paradisaea raggiana (Cendrawasih Raggiana), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).

Burung yang berukuran sekitar 34 cm ini hidup di Papua tenggara. Warna bulunya kombinasi merah, cokelat, abu-abu pada kaki dan warna bulu mata kuning. Perbedaan jantan dan betina pada postur dan warna bulu tenggorakan. Betina lebih kecil dan jantan punya mahkota kuning dan hijau bulu dileher.

  1. Paradisaea rubra (Cendrawasih Merah), endemik pulau Waigeo, Indonesia.
Baca Juga  LSM LIRA Beri Presiden Prabowo Bapak Anti Korupsi Award, Ini Hasil Analisa

Burung yang hidup di Raja Ampat ini berukuran 33 cm. Ukuran betina lebih kecil dari jantan. Ciri Cendrawasih Merah, bulunya berwarna merah, paruh kuning, serta diatas mata warna bulunya hijau tua. Bentuk skornya khas.

  1. Parotia sefilata dan Pteridophora alberti

Antara Cendrawasih Parotia sefilata (Cendrawasih Parotia Arfak), dan Pteridophora alberti (Cendrawasih Panji), sama-sama endemik Papua, Indonesia.

Cendrawasih Panji ukuran tubuhnya sekitar 22 cm, lebih kecil dari jenis cendrawasih lainnya. Bulu yang tumbuh dikepala, panjangnya hingga mencapai 41 cm. Bulu tubuh hitam, kaki abu-abu dan bulu mata kuning. Burung betina ukurannya lebih kecil yakni, 19 cm. Habitat burung ini di pegunungan Jayawijaya.

Ciri dan Morfologi

Ciri utama warna bulunya indah, khususnya pejantan. Biasanya cerah, kombinasi hitam biru, kuning, merah, cokelat, ungu, hijau dan putih. Secara fisik ukuran tubuhnya beragam, mulai 15 cm hingga 110 cm dan berat antara 50 gram sampai 430 gram sesuai jenis dan spesiesnya.

Contohnya, Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius) ukuran tubuhnya kecil sektiar 15 cm berat 50 gram. Sedang Cendrawasi berukuran besar, Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Cicinnurus regius) yakni 110 cm. Cendrawasih Manukod Jambul bergulung (Cicinnurus regius) beratnya 430 gram.

Bentuk kaki Burung Cendrawasih bertipe petengger, jari kakinya panjang dan telapak kaki datar. Memudahkan bertengger di ranting pohon. Paruhnya bertipe pemakan biji dengan cirinya tebal dan runcing.

Habitat Burung Cendrawasih

Cendrawasih umumnya menghuni kawasan hutan dataran rendah dan pegunungan di Indonesia Timur. Habitatnya hutan hujan tropis dengan vegetasi lebat, seperti di kepulauan Selat Tores, Pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) serta Australia Timur.

Menyukai pohon tegak tinggi dan cabang agak rapat serta ada tumbuhan merambat disekitarnya. Jenis pohon yang dijadikan tempat tinggal, di antaranya pohon beringin (Ficus benjamina), Myristica sp., Pandaus sp., Instia sp., Palaquium sp., dan Hapololobus sp.

Cendrawasih Botak

Burung Cendrawasih ini, pohon dijadikan sebagai tempat bernaung, bertengger, berlindung dan bersarang atau bertelur. Misalnya, Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) yang berkembang biak di pohon beringin.

Burung ini cocok hidup dihutan primer. Kalau habitat yang ditempati berubah dan tidak disukai, mereka pindah ke wilayah lain yang sesuai karakteristiknya. Makanan keseharian bijian-bijian, buah berry, serangga, serta ulat. Dialam liar, kelangsungan hidupnya tergantung kondisi alam. Burung jenis ini rentan pada perubahan fungsi hutan.

Sebaran Populasi

Burung Cendrawasih secara umum tersebar di Indonesia bagian timur, Papua Nugini dan Australia bagian timur. Sedang sebaran spesies tertentu kadang terbatas dan endemik pada pulau tertentu.

Baca Juga  Seratusan Perlintasan KA Tanpa Palang Pintu, Daop 9 Jember Ingatkan Pengendara

Misalnya Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) yang hidup di pulau Papua dan tersebar dibagian barat, meliputi Waigeo, Salawati, Batanta, Kofiau, Misool, Gagi, Gebe. Kemudian kepualaun Teluk Cendrawasih, seperti Numfor, Biak, Yapen, dan Meosnum, hingga keplauan Aru sampai barat daya Papua.

Sedang Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) tersebar di dataran rendah hingga perbukitan Papua barat daya dan kepulauan Aru. Ada Burung Cendrawasih yang hanya ditemukan di Kepulauan Maluku dan Pulau Seram.

Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus) ditemukan di kepulauan Maluku Utara, kemudian Cendrawasih Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii) hidup di Taman Nasional Ake Tajawe.

Berdasarkan Buku Pandungan Lapangan, burung di Kawasan Wallacea, Cendrawasih Gagak dibagi tiga sub species, antara lain: Lycocorax pyrrhopterus pyrrhopterus hidup di Halmahera, Bacan, dan Kasiruta. Lycocorax pyrrhopterus morotensis ditemukan di Rau dan Morotau. Lycocorax pyrrhopterus obiensis, di Obi dan Bisa

Karakteristik Perilaku

Sifat Burung Cendrawasih cenderung soliter atau hidup dikelompok kecil dan mereka akan berkumpul saat musim kawin. Contohnya, Cendrawasih Kuning Kecil hidup pada kelompok kecil, biasanya lebih dari 2 ekor, baik sepasang jantan dan betina atau jenis kelamin yang sama.

Cendrawasih Merah

Ketika Cendrawasih jantan dan betina mau kawin, sang jantan memperlihatkan gerakan seperti menari, agar sang betina tertarik. Sebelum melakukan gerakan menari, sang jantan  membersihkan paruh dan lingkungan sekitar sarang. Selain tarian, burung jantan memperdengarkan kicauan khas.

Jumlah telurnya belum diketahui pasti, namun pada umumnya burung berukuran besar telurnya lebih dari satu, sedang burung berukuran kecil telurnya 2 sampai 3 butir. Aktivitasnya dari matahari terbit dan beristirahat saat panas hingga sore. Burung yang tergolong aktif biasanya bertengger dicabang pohon rendah dan miring.

Status Kelangkaan

Ancaman populasi cendrawasih karena perburuan liar. Selain itu, alih fungsi lahan hutan untuk pertambangan, perkebunan, pemukiman dan pembangunan infrastruktur.

Upaya Konservasi

Jika perburuan dan perdagangan tidak dikendalikan serta makin parahnya kerusakan habitat hutan, memperbesar peluang punahnya Cendrawasih. Oleh sebab itu, perlu upaya konservasi untuk menjaga satwa ini agar tidak punah.

Agar langkah konservasi berhasil harus didukung aturan. Secara hukum, burung ini dilindugi melalui Undang-undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pelestarian Burung Cendrawasih.

Pemanfaatan burung, terbatas untuk kepentingan masyarakat lokal yakni, hiasan pakaian adat. namun, masyarakat mulai sadar dan mengganti hiasan bulu Cendrawasih dengan imitasi. Kerjasama pemerintah, masyarakat serta oragnisasi atau lembaga peduli satwa diperlukan, sebagai upaya kepunahan.***

Sumber: wikipedia dan rimbakita.com serta sumber lain

Penulis : Agus Purwoko

Editor : Gusmo

Sumber Berita: Berbagai Sumber

Berita Terkait

Tak Mudah Jadi Masinis, Butuh Ribuan Jam Terbang: Ini Persyaratannya
Gempa Banyuwangi, Kereta Api Daop 9 Jember, Dihentikan Mendadak
Seratusan Perlintasan KA Tanpa Palang Pintu, Daop 9 Jember Ingatkan Pengendara
Lokomotif Andal, Wujud Komitmen KAI Daop 9 Jember Hadirkan Transportasi Hijau
Promo Tiket Kereta Api Murah di HUT ke-80 KAI Daop 9 Jember, Catat Tanggalnya!
Relawan Prabowo dan LSM LIRA Usulkan Ryano Panjaitan Jadi Menpora
STAI Al-Bahjah, Melangkah dari Pesantren Bertransformasi ke Universitas
Jejak Kereta Api di Tapal Kuda: Lomba Fotografi, Memotret Arsitektur Kereta Api

Berita Terkait

Kamis, 2 Oktober 2025 - 19:05

Tak Mudah Jadi Masinis, Butuh Ribuan Jam Terbang: Ini Persyaratannya

Kamis, 25 September 2025 - 19:03

Gempa Banyuwangi, Kereta Api Daop 9 Jember, Dihentikan Mendadak

Kamis, 25 September 2025 - 07:08

Seratusan Perlintasan KA Tanpa Palang Pintu, Daop 9 Jember Ingatkan Pengendara

Selasa, 23 September 2025 - 18:22

Lokomotif Andal, Wujud Komitmen KAI Daop 9 Jember Hadirkan Transportasi Hijau

Sabtu, 20 September 2025 - 06:12

Promo Tiket Kereta Api Murah di HUT ke-80 KAI Daop 9 Jember, Catat Tanggalnya!

Berita Terbaru