Bali, merupakan sebuah pulau yang berlokasi di timur Pulau Jawa. Pulau dewata ini terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, dan menyimpan permata tersembunyi. Salah satunya adalah Desa Panglipuran.
Sebuah desa tradisional yang berada di Kabupaten Bangli dan desa ini telah dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Mengunjungi Desa Panglipuran tidak hanya sekadar berwisata, tetapi menyaksikan harmonisasi antara manusia, alam, dan tradisi.
Pesona Arsitektur Tradisional
Saat memasuki pintu gerbang Desa Panglipuran, wisatawan atau pengunjung disambut deretan atau jejeran rumah tradisional Bali yang tertata rapi, disepanjang jalan utama yang menanjak. Arsitektur rumah di desa ini khas, atap berbentuk kerucut terbuat dari bambu atau alang-alang, dinding anyaman bambu, dan pintu masuk (angkul-angkul) unik.
Keseragaman arsitektur ini menciptakan pemandangan indah dan harmonis, seolah membawa wisatawan kembali ke masa lalu. Setiap rumah di Desa Panglipuran strukturnya sama, tata ruang tradisional Bali yang disebut “Tri Mandala”.
Konsep tata ruang tersebut dibagi menjadi tiga area atau zona:
- Utama Mandala: Zona suci, terletak di bagian hulu (arah gunung) dan terdapat pura keluarga.
- Madya Mandala: Zona tengah, merupakan area tempat tinggal dan aktivitas sehari-hari.
- Nista Mandala: Zona hilir (arah laut), digunakan untuk kegiatan yang dianggap kurang suci.
Keteraturan ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga menunjukkan masyarakat Panglipuran menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dalam kehidupan mereka.
Menyatu dengan Alam
Selain arsitekturnya menawan, Desa Panglipuran dikelilingi alam hijau dan asri. Udara di desa ini segar karena jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Wisatawan bisa jalan-jalan santai menikmati pemandangan pepohonan, bambu yang rindang di sepanjang jalan setapak.
Suara gemericik air dari sumber mata air alami menambah keinginan untuk berlama-lama tinggal atau menikmati suasana di desa ini. Masyarakat Panglipuran menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Tidak heran jika desa ini mendapatkan penghargaan kebersihan lingkungan.
Kesadaran akan pentingnya menjaga alam desa, tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Mulai pengelolaan sampah hingga pelestarian hutan bambu yang menjadi ciri khas desa ini.
Mengenal Lebih Dekat Kearifan Lokal
Berkunjung ke Desa Panglipuran berkesempatan mengenal lebih dekat kearifan lokal masyarakat Bali. Wisatawan dapat berinteraksi dengan penduduk setempat yang ramah dan belajar tradisi serta budayanya.
Beberapa aktivitas yang bisa Anda lakukan antara lain:
Melihat Proses Pembuatan Kerajinan Tangan: Sejumlah warga Panglipuran punya usaha kerajinan tangan, seperti anyaman bambu. Wisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan hingga selesai, bahkan bisa membeli hasilnya sebagai oleh-oleh.
Mencicipi Kuliner Tradisional: Wisatawan berkesempatan mencicipi hidangan atau kuliner khas Bali yang lezat di warung sederhana di desa ini.
Mengunjungi Pura: Wisatawan juga bisa mengunjungi pura, mengamati arsitektur pura yang megah dan memahami makna spiritual di balik pura tersebut.
Menyaksikan Upacara Adat (jika ada): Jika beruntung, Wisatawan bisa menyaksikan upacara adat yang meriah dan penuh warna.
Tips Berkunjung ke Desa Panglipuran:
- Waktu Terbaik: Waktu terbaik berkunjung, pagi atau sore hari saat cuaca tidak terlalu panas.
- Pakaian Sopan: Mengenakan pakaian sopan sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya setempat.
- Siapkan Uang Tunai: Beberapa pedagang belum menerima pembayaran dengan kartu.
- Jaga Kebersihan: Wisatawan disarankan membantu masyarakat menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
- Berinteraksi dengan Warga: Wisatawan bisa berinteraksi dengan warga setempat agar pengetahuannya tentang desa ini lebih mendalam.
Melestarikan Tradisi di Tengah Modernitas
Salah satu hal yang patut dikagumi dari Desa Panglipuran adalah mempertahankan tradisi di tengah arus modernisasi. Masyarakat desa memegang aturan adat yang kuat (awig-awig) yang mengatur aspek kehidupan. Mulai tata ruang rumah, upacara adat, hingga pengelolaan lingkungan.
Kepatuhan terhadap awig-awig inilah yang turut menjaga keunikan dan keaslian Desa Panglipuran. Generasi muda di Panglipuran ikut berperan aktif dalam melestarikan warisan budaya leluhur.
Mereka tidak hanya mewarisi pengetahuan dan keterampilan tradisional, tetapi berinovasi memperkenalkan potensi desa kepada dunia luar melalui pariwisata.
Potensi Ekowisata yang Berkelanjutan
Desa Panglipuran punya potensi ekowisata. Keindahan alamnya, terutama hutan bambu yang luas, menjadi daya tarik wisatawan yang mencari ketenangan dan kepingin dekat dengan alam. Masyarakat juga mengembangkan kegiatan wisata ramah lingkungan, seperti trekking di hutan bambu, belajar membuat kerajinan tangan, atau kegiatan pertanian tradisional.
Pengembangan tempat wisata Panglipuran dilakukan dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. Tujuannya, bukan hanya mendatangkan wisatawan, tetapi memberdayakan masyarakat lokal, melestarikan lingkungan, dan menjaga keaslian budaya.
Lebih dari Sekadar Destinasi Wisata
Desa Panglipuran bukan sekadar destinasi wisata, tetapi cermin dari kearifan local. Harmoni antara manusia dan alam, serta semangat gotong royong masyarakat Bali. Mengunjungi Panglipuran, kesempatan untuk belajar nilai-nilai kehidupan yang luhur dan menginspirasi.
Ketika menyusuri jalanan desa yang bersih, wisatawan dapat berinteraksi dengan penduduk yang ramah, dan menikmati ketenangan alam. Wisatawan akan merasakan kedamaian dan kehangatan yang sulit ditemukan ditempat lain.
Pengalaman tersebut meninggalkan kesan mendalam dan bisa saja mengubah perspektif atau cara pendang wisatawan, tentang hidup berdampingan dengan alam dan menjaga warisan budaya leluhur.
Ajaklah Keluarga dan Teman Anda!
Ajaklah keluarga dan teman-teman untuk merasakan keindahan dan keunikan desa ini. Mari bisa terus dinikmati generasi mendatang. Desa Panglipuran menanti kedatangan Sahabat Bhinneka untuk menikmati pesona dan kehangatan masyarakat, alam dan tradisinya.***
Penulis : Agus Purwoko
Editor : Gusmo
Sumber Berita: Berbagai Sumber