Sejarah Panjang PO Akas, Dari Bengkel Hingga Sasana Tinju Dunia

Selasa, 17 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rudi Yahyanto, Cucu Pendiri Akas, menunjuk lukisan Amat, kakeknya. Foto: suarabhinneka.id

Rudi Yahyanto, Cucu Pendiri Akas, menunjuk lukisan Amat, kakeknya. Foto: suarabhinneka.id

SuaraBhinneka – Bisnis transportasi khususnya angkutan penumpang umum (Bus, Mini Bus) kini berada di titik terendah. Perusahaan Otobus (PO) yang jaya diera 1970 sampai 2000-an, kini tak seperti dulu lagi. Pemilik, harus putar otak dan atur strategi, agar usaha yang digelutinya bertahun-tahun, bisa bertahan.

Salah satu perusahaan otobus yang kini masih eksis adalah PO AKAS, berpusat di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Perusahaan transportasi yang pernah jaya di masa orde baru ini didirikan tahun 1956 oleh tiga orang sekeluarga, yakni Amat, Karman dan Ali.

Karenanya tidak salah, kalau perusahaan otobus ini diberi nama AKAS. A merupakan akronim dari Amat, K adalah Sukarman atau Karman dan A berikutnya adalah Ali. Sedang S singkatan atau inisial dari Sekeluarga.

Amat bertindak sebagai Orang tua, Sukarman (Karman) menantu dari Amat, sedang Ali berstatus anak kandung Amat. Untuk diketahui Amat memiliki dua anak, yaitu Aminah dan Ali. Setelah dewasa Aminah menikah dengan Sukarman (Karman), sementara Ali menikah dengan Kasmini.

Sebelum mendirikan perusahaan otobus yang bernama CV AKAS (1956), Amat yang pekerja keras, membuka bengkel. Usaha service mesin tersebut berlokasi di Jalan Raya Pnglima Sudirman, Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Dari sinilah perjalanan panjang Akas dimulai, dari bengkel kecil bernama Bengkel Amat yang dirintis oleh seseorang bernama Amat. Sosok ahli mekanik, yang mengawali usaha transportasi, sehingga AKAS menjadi raja tranportasi bus di Jawa Timur.

Sampai-sampai ditahun 2003, AKAS memiliki bus sebanyak 658 unit. Bus sebanyak itu mengantarkan penumpang ke berbagai jurusan, baik angkutan antar kota dalam provnsi (AKDP) ataupun angkutan antar kota antar provinsi (AKAP). Selain itu, AKAS juga memiliki Bus Pariwisata.

Baca Juga  Kontraktor Tidak Punya Uang, Progres Fisik Sejumlah Proyek Minus

Bahkan pada saat AKAS berada dimasa kejayaannya, turut memajukan pertinjuan di Indonesia. Akas pernah punya atau mendirikan sasana tinju profesional yang diberi nama Sasana AKAS BC (Boxing Champ),  melahirkan beberapa petinju terkenal, di antaranya.

Rachman Juara dunia IBF, International Boxing Federation (Federasi Tinju Internasional), Bugiarso, Juara PABA (Pan Asian Boxing Association). Badan tinju profesional regional yang fokus di wilayah Asia, Oseania, Pan Pasifik, Eurasia, Asia Tenggara, dan Timur Jauh.

Mantan juara nasional kelas bulu Junior ini dikenal dengan julukan “The Killers”. Bugiarso pernah menjadi pelatih setelah pensiun. Faisol Akbar: Juara IBF Intercontinental, Kepanjangan IBF, International Boxing Federation (Federasi Tinju Internasional). Terakhir, Anis Roga juara kelas terbang junior IBF Intercontinental.

Saat ditemui di rumah tinggalnya, di Jalan Sunan Kalijaga (Dulu jalan Merpati) Kelurahan Jati, Senin, 16 Juni 2025 Sore, Rudi Yahyanto, anak kelima dari Ali (Cucu Amat) tidak keberatan saat diminta, menceritakan perjalanan panjang AKAS.

Disebutkan, Tahun 1956, usaha bengkel mobil yang didirikan Amat (kakeknya) itu berkembang menjadi perusahaan resmi bernama CV AKAS. Bersama dua anggota keluarga lainnya, yakni Sukarman (menantu) dan Ali, anak kandungnya.

Perusahaan tersebut disahkan Notaris Sie Khwan Ho (yang kemudian dikenal sebagai Eddy Widjaja). Notaris itu berkantor di Jalan Kembang Jepun, Surabaya. CV AKAS tercatat dalam Akta Pendirian Nomor 111 tanggal 23 Maret 1956.

Modal awal perusahaan, terdiri dari lima unit bus, yang bodi bagian belakangnya berupa kayu. Salah satunya bermerek Chevrolet lansiran 1941, nomor sasis PB 13559, nomor mesin 1491943, dan nomor polisi N 3139. Keseluruhan bus dinilai sekitar Rp 200.000. Angka yang cukup besar kala itu. Mereka bersepakat, pembagian saham sama besar.

Baca Juga  Batik In Motion 2025 Telan APBD 600 Juta? Ini Pengakuan Dispopar

Trayek bus AKAS kala itu hanya tiga, yakni Probolinggo – Bremi, Probolinggo – Sukapura, dan Probolinggo – Senduro Lumajang. “Yang masih berjalan sampai saat ini hanya dua trayek, yakni Probolinggo – Bremi, Probolinggo – Sukapura. Sedang trayek Probolinggo – Senduro Lumajang sudah tidak aktif,” kata Rudi Yahyanto.

Rudi kemudian menjelaskan status dalam keluarga Amat, Pria yang kini tinggal di Jalan Sunan Kalijaga, Kelurahan Jati ini mengaku cucu dari Amat. Bapaknya bernama Ali yang merupakan anak kedua dari Amat. “Kakek saya Amat menikah dengan Tasmini. Dikaruniai dua anak. Aminah binti Amat dan Ali bin Amat,” jelas Rudi.

Setelah dewasa Aminah binti Amat, menikah dengan Sukarman dari Pasuruan, dan punya empat anak. Yakni Harsono, Hartoyo (Tingok), Sunarmi, dan Edy Hariadi. Sedang Ali bin Amat yang menikah dengan Muliati, punya lima anak. Masing-masing bernama, Ani Rahayu, Mimik Astuti, Ninik Asmaningsih, Sri Hartatik, dan Rudi Yahyanto.

Setelah Amat, meninggal tahun 1972, ada perubahan struktur perusahaan yang dicatat dalam akta baru tahun 1974. Akta itu (1974) hanya mengatur pembagian manajemen internal dan susunan persero. Tidak mengubah isi dari akta pendirian CV tahun 1956. “Contohnya izin trayek masih merujuk pada akta 1956,” tandas Rudi.

Dalam akta 1974, Karman Amat, ditetapkan sebagai Direktur, Hartoyo Karman Amat sebagai Wakil Direktur. Sementara Ali Amat, Harsono Karman, dan Edy Hariadi Karman, sebagai persero pasif (diam).

Ditahun yang sama, asset perusahaan dibagi menjadi empat divisi. Divisi 1 dikelola Harsono Karman, Divisi 2 oleh Hartoyo Karman, Divisi 3 oleh Ali Amat, dan Divisi 4 oleh Edy Hariadi Karman. “Bukan penguasaan asset, tetapi pengelola asset bus,” tegas Rudi Yahyanto.

Baca Juga  Dua Sepeda Motor Adu Banteng, Kendarai Motor Tanpa Pelat Nomor dan Zig-zag

Tahun 1985, istri Ali Amat yang bernama Muliati meninggal. Tahun itu juga Ali Amat mengundurkan diri dari pengelolaan Akas 3, setelah Ali Amat menikah lagi dengan perempuan bernama Sunarsih.. Posisinya dalam perusahaan diganti oleh putranya yang bernama, Rudi Yahyanto.

Perjalanan CV AKAS terus berlanjut, bahkan semakin moncer dan berkembang pesat. Tahun 2000 berita duka datang lagi, Hartoyo yang mengelola Akas Unit 2 meninggal dunia. Setahun kemudian atau pada 2001, Sukarman Amat direktur CV Akas meninggal dunia.

Ditahun itu juga (2001) terbit lagi akta baru, penyesuaian struktur perusahaan, yang disahkan Notaris Abrar, berkantor di Jalan Suyoso, Kota Probolinggo. Dalam akta tersebut, kuasa penuh untuk pengurusan legalitas perusahaan, termasuk izin pembuatan dan perpanjangan trayek bus, dipercayakan kepada Edy Haryadi.

Anehnya, sejak tahun itu (2001) Rudi Yahyanto tidak dilibatkan dalam pengelolaan perusahaan. Padahal, sebagai cucu dari pendiri dan anak dari Ali Amat, salah satu pemilik saham generasi pertama, Rudi posisinya masih keluarga dan punya historis penting. “Enggak tahu, kenapa saya tidak dilibatkan,” ujarnya singkat.

Bahkan, saat tahun 2012 pemerintah mengeluarkan aturan, seluruh badan usaha transportasi harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT), juga tidak dilibatkan. Perubahan status dari CV ke PT tanpa sepengetahuan dan keterlibatan Rudi Yahyanto.

Anak dari pengelola Akas 3 ini  tidak diikutsertakan dalam pembahasan, pengambilan keputusan, maupun pencatatan administrative, atas perubahan status hukum dan legalitas usaha AKAS. Padahal, sebelumnya, Rudi diikutsertakan dalam perusahaan keluarga tersebut. “Padahal sampai sekarang, CV Akas belum dibubarkan. Harusnya dibubarkan dulu sebelum berubah ke PT,” pungkas Rudi.***

 

Berita Terkait

VW Kodok Biru Bandyk Soetrisno: Teman Setia di Masa Pensiun
Warga Kota Probolinggo Bikin Pompa Air Otomatis Tanpa Kran, Ini Manfaatnya

Berita Terkait

Jumat, 29 Agustus 2025 - 08:53

VW Kodok Biru Bandyk Soetrisno: Teman Setia di Masa Pensiun

Selasa, 17 Juni 2025 - 08:31

Sejarah Panjang PO Akas, Dari Bengkel Hingga Sasana Tinju Dunia

Kamis, 15 Mei 2025 - 18:28

Warga Kota Probolinggo Bikin Pompa Air Otomatis Tanpa Kran, Ini Manfaatnya

Berita Terbaru

Achmad Nur Hisbullah ketua PBMI (Asosiasi Pengusaha Bongkar Muat Indonesia) Cabang Probolinggo, saat acara sarasehan dan diskusi. Foto: suarabhinneka.id

Probolinggo

DABN akan Berlakukan Tarip Lama, Pengusaha Bongkar Muat Lega

Jumat, 31 Okt 2025 - 18:25